hourglass_full Your download should start automatically in a few seconds...

Download Majelis Ar Raudhah_Latest Version.apk from Apk-Dl Server

Thank you for using Apk-Dl.com to download the apk file (Majelis Ar Raudhah_Latest Version.apk),

If the download doesn't start automatically in a few seconds, please click here to access the download URL directly.

Note: Download and save the apk file to your Android Phone's SD card and install it manually onto the Android device.

Description

Majelis Ar-Raudhah adalah Majelis pimpinan Habib Naufal binMuhammad Al-’Aydrus. Sebuah wadah yang sejuk bagi para pecintadzikir dan ilmu. Majelis Ar-Raudhah terbuka untuk siapa pun yangmencari kedamaian dan pencerahan. Alamat kami :
Jl. Dewutan No. 112 Rt. 01 Rw. 16 Semanggi, Pasar Kliwon, Solo57117 Indonesia Telp: (0271) 633860.

Habib Naufal bin Muhammad al ‘Aydrus ~ الحبيب نوفل ابن محمّدالعيدروس - akrab dipanggil Habib Novel atau Habib Noval - adalahputra pertama pasangan Muhammad al ‘Aydrus dengan Luluk al Habsyi.Ia merupakan alumnus SD dan SMP di Yayasan Pendidikan IslamDiponegoro Solo. Lulusan SMAN 2 Solo itu kemudian melanjutkan kePesantren Darul Lughah wad Dakwah yang terletak di Desa Raci,Pasuruan, Jatim.

“Saya sebenarnya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Sayatidak mendapatkan izin Ibu. Beliau tidak ingin saya pergi jauhdarinya. Akhirnya saya berangkat ke Pesantren Darul Lughah wadDakwah. Pesantren tersebut diasuh oleh almarhum Ustad HasanBaharun,” terang suami Fatimah Qonita itu.

Ayahanda Ahmad Anis, Nur’aliyah dan ‘Ali ‘Abdul Qadir tersebutmengatakan ibunya hanya mengizinkan dirinya belajar di pesantrentersebut selama enam bulan. Ditambah masa percobaan satu bulan,akhirnya Habib Novel menjadi santri selama 7 bulan.

Sulung dari tiga bersaudara itu sama sekali belum mengenalkehidupan pesantren dan bahasa Arab. Habib Novel pun berusaha untukmempelajari bahasa Arab dengan sebaik-baiknya. Sebab, almarhumkakeknya, Habib Ahmad bin Abdurrahman al ‘Aydrus yang tinggal diKudus, pernah berkata, ”Jika kamu mampu menguasai bahasa Arab, makakamu telah menguasai setengah ilmu.”

“Setiap hari saya paksakan diri saya untuk menghapalkan kuranglebih 90 kata kerja. Di atas tempat tidur, kamus kata kerja hampirtidak pernah berpisah dengan diri saya. Alhamdulillah, dalam waktudua bulan saya sudah dapat bercakap-cakap dengan bahasa Arab,”jelasnya.

Sepulang dari Pesantren Darul Lughah wad Dakwah, Habib Novelkembali melanjutkan kebiasaannya semasa di Solo yaitu senang pergike Masjid Riyadh. Sejak kelas 2 SD dia telah akrab dengan MasjidRiyadh. Dahulu, setiap hari, menjelang maghrib, Habib Novel biasaberjalan kaki menuju Masjid Riyadh untuk Salat Maghrib, mengikutitadarus al Quran, pembacaan Ratib dan Salat Isya berjamaah. Hal itudilakukannya bertahun-tahun hingga sebelum ke pesantren. Diamengaku pembacaan Maulid Simtud Durar setiap malam Jumat adalahruhnya. Begitu kembali di Solo, Habib Novel segera mengikutipengajian umum yang diselenggarakan Habib Anis. Setiap hari sejak1995 hingga beliau wafat dia belajar di sana.

“Habib Anis menyebut saya sebagai muridnya. Bagi saya itumenjadi sebuah kebahagiaan,” tambahnya.

Penulis buku Mana Dalilnya itu merasakan manfaat besar darimengikuti majelis di Masjid Riyadh. Kini, Habib Novel menjadipenceramah, penterjemah dan penulis. Semua itu tidak terlepas dariperan Habib Anis.

Habib Novel bersyukur Allah memperkenankannya menyampaikan ilmuNabi Muhammad. Dia berdakwah dari satu masjid ke masjid yang lain,dari satu kantor ke kantor yang lain dan dari satu rumah ke rumahyang lain.

Ke depan Habib Novel ingin ada Aswaja Call Center sebagai tempatbertanya bagi masyarakat tentang berbagai persoalan. Sehingga orangtidak bingung ketika memiliki permasalahan tentang agama. Untukmendukung itu, perlu ustadz yang kompeten dan referensi. Selainitu, jika ada operator nakal supaya segera ditindak.

Keinginan Habib Novel lainnya yaitu adanya sebuah masjid di JlSlamet Riyadi. Dia sudah menyampaikan kepada Walikota dantokoh-tokoh sderta orang-orang yang punya uang agar ada masjid diJl. Slamet Riyadi. “Sungguh sangat disayangkan, di Solo, umat Islamadalah terbesar jumlahnya. Tapi di sepanjang jalan protokol diperkotaan tidak ada masjid. Yang ada masjid sekolahan. Masjid Agungmemang sudah ada tapi aksesnya sulit dan keindahannya ditutupibanyak bangunan,” papar lelaki yang pernah menjajakan susu sapisegar dari satu tempat ke tempat lainnya.